Cerita Fantasi - Keledai dan Penjual Garam

Oleh : Farkhatul Mustafidah
Kelas 7A
            Di suatu desa di tepi pantai yang cukup jauh dengan perkotaan, hiduplah seorang pedagang garam sebatang kara yang sangat dermawan. Setiap hari, ia membagikan hasil menjual garam kepada tetangganya dan sangat mengasihi fakir miskin meskipun sebenarnya hidupnya tidaklah bergelimang harta. Setiap kali berhasil menjual garam, ia belikan pakaian dan makanan untuk di sedekahkan.
Pedagang garam tersebut memiliki seekor keledai yang digunakan untuk mengangkut garam ke kota terdekat. Ia sangat menyayangi keledai tersebut sampai makanan dan tempat tinggal keledai selalu disediakan. Keledai tersebut sudah dianggap keluarga dan menjadi teman hidup satu-satunya pedagang garam tersebut. Akan tetapi keledai tersebut tampaknya tidak puas dengan perlakuan pedagang garam.
         Setiap kali hendak pergi menjual garam ke kota, keledai selalu menggerutu karena harus terbebani dengan karung garam serta berjalan cukup jauh. “Mengapa kau tidak membeli gerobak saja wahai tuanku? Bukankah hasil menjual garam sudah cukup untuk membeli gerobak, tapi uangmu kau selalu berikan kepada orang lain” kata keledai pada suatu hari kepada tuannya ketika hendak berangkat.
Pedagang garam tersebut hanya terdiam dan melanjutkan menaikan beberapa karung garam di kantong kain pada tubuh keledai. Pedagang garam kemudian menuntun keledai sembari membawa satu karung garam di pundaknya. Mereka terus berjalan hingga akhirnya melewati sebuah jembatan yang dialiri air sungai yang cukup deras dan jernih. Pedagang garam kemudian berhenti dan beristirahat.
         Di tengah peristiwa tersebut, ternyata si keledai memiliki ide yang cukup konyol. Bila esok pedagang membawanya kembali melalui jalan ini, maka ia akan berpura-pura terjatuh ke dalam sungai dan garam yang akan di bawa akan semakin ringan karena larut di dalam air. Benar saja, keesokan harinya ketika mereka berangkat melewati jalan yang sama, keledai berpura-pura kelelahan dan terjatuh ke sungai.
       Karung garam yang dibawa keledai terendam cukup lama karena pedagang garam meminta tolong kepada orang sekitar untuk membantu mengangkat keledai. “Maafkan aku tuan, aku tidak sengaja terjatuh ke dalam sungai karena sepertinya beban garamnya tidak seimbang”, ungkap keledai dengan alasannya. “Baiklah kalau begitu aku akan membawa lebih banyak garam agar kau seimbang”.
        Esoknya lagi, keledai melakukan hal yang sama dengan alasan kakinya tersandung batu, dan alasan lain diberikan setiap harinya kepada pedagang. Hal ini membuat tuannya curiga dan ingin membalasnya. Suatu hari, dinaikkan lah kapas pada punggung keledai. Petani tidak memberitahukan kepada keledai. Setiba di jembatan, keledai tersebut tanpa menunda waktu langsung menjatuhkan diri ke dalam sungai dan kapas kemudian menyerap air sungai.
       Bukannya semakin ringan tetapi karungnya yang dibawa keledai semakin berat. “Tuanku, mengapa garamnya semakin berat ketika terkena air, padahal biasanya akan semakin ringan”. Petani kemudian menjawab dengan bijak “Keledai ku, sungguh yang kau bawa bukanlah garam melainkan kapas yang menyerap air. Aku tahu kau hanya berpura-pura terjatuh agar bebanmu tidak berat akan tetapi perbuatanmu sungguh merugikan”. Keledai tersebut kemudian sangat malu karena selama ini ia seperti tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih kepada si pedagang garam.

0 Response to "Cerita Fantasi - Keledai dan Penjual Garam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel